STAYCATION DI THE TRANS LUXURY HOTEL BANDUNG


Staycation di The Trans Luxury Hotel Bandung - Demia Kamil

Staycation di The Trans Luxury Hotel Bandung
Good Morning bebskuuu, rasanya lama nggak bercuap cuap di sini, bulan ini kayanya jadi bulan yang paling nggak produktif nih buat aku di blog. Semoga kedepannya lebih bisa membagi waktu buat cerita di sini. Apa kabar beb? Mudah-mudahan sehat semuanya yaaa. Dengan adanya pergerakan vaksinasi massal yang udah dimulai beberapa minggu lalu, semoga perlahan kondisi bisa kembali ke normal lagi ya beb. Apalagi banyak juga tempat public yang mulai memperketat protocol kesehatan yang bikin kita udah mulai ngerasa aman bepergian ke luar. Jujur sih udah kerasa bosen banget di rumah aja, makanya nih beberapa hari lalu aku coba refreshing dengan Staycation di The Trans Luxury Hotel. Ada yang udah pernah nginep di sana??

Karena aku termasuk orang yang merhatiin banget soal keamanan dan keselamatan, jadinya aku picky banget nih kalo soal milih akomodasi yang tepat. Intinya sih protocol kesehatan itu harus bener-bener dilaksanakan secara serius tanpa pandang bulu, baru deh aku pilih hotel itu. Termasuk tempat hiburan ya beb, wajib punya protocol kesehatan yang sama, secara tempat hiburan itu pusat berkumpulnya banyak orang. Setelah banyak riset, akhirnya aku jatuh ke satu pilihan yaitu The Trans Luxury Hotel.

ABSOLUTE NEW YORK SUPREME SLIM

Absolute New York Supreme Slim - Demia Kamil

Good Morniiing beeeeb, mau racun gincu lagi nggak? APAAAA? GINCU LAGIII??? Ohiya donk beeeb, namanya juga wanita, udah punya gincu sekarung pun kalo ada yang baru dan menarik perhatian, pasti dibeli haha. Satu lagi nih gincu yang wajib kamu cobain jugaaa, namanya Absolute New York Supreme Slim.

Oya, sebelumnya juga aku udah pernah review produknya Absolute New York looh yang Matte Made In Heaven dan 2in1 Brow Perfecter, siapa tau ada yang lagi cari langsung meluncur aja buat kepoin hihi. 

Back to topic, produk gincu yang mau aku bahas kali ini ada dua type nih beb, yang pertama satin, dan yang kedua matte, cuss kita bahas satu-satu yaaa.

WHITE ROSE Episode 14

 

WHITE ROSE Episode 14

Good Morniing, akhirnya hari Sabtu nih beb, berarti jadwalnya Novelet si bestie naik hihihi. Nggak kerasa juga udah ada di Episode 14 lagi yaaa, walaupun si Bestie nggak punya basic nulis cerpen, novel, atau novelet, tapi nggak ada salahnya nyoba sekalian belajar donk yaaa.

Maaf nih lanjutanya agak lama, soalnya si bestie lagi ada beberapa kesibukan yang nggak bisa ditinggalin hehe.

Buat kamu yang baru pertama kali mampir ke Blog aku ini, cuss dibaca dulu Episode sebelumnya yaa, udah ada episode 1 sampe 13-nya beeeb.

Buat kamu yang belum tau, ini Novelet bukan buatan aku, tapi buatan si bestie. cuss langsung aja yuk Episode 14-nya?


WHITE ROSE by Astrianti Nuraidan

”Mau kah kau menikah denganku?” ucap Yuda setelah cukup lama memberanikan diri setelah lama mereka berada di sebuah restaurant yang sengaja Yuda pesan kusus untuk pertemuan mereka hari ini.

“Tidakkah ini terlalu mendadak?” jawab Mawar dengan sebuah pertanyaan, yang tak menyangka hari inilah Yuda akan mengatakannya.

          “Aku sudah lama mempersiapkannya, kalau kau masih ingat hari ketika Nenek melamarmu dulu tepatnya tiga tahun lalu.” Ucap Yuda lesu mendengar balasan Mawar.

          “Aku tidak bermaksud menolakmu, Maksudku hanya aku ingin kau memberiku sedikit waktu lagi?” tawar Mawar yang melihat Yuda begitu terluka atas jawaban yang diberikannya.

          “Mengapa, apa yang memebuatmu ragu?” balas Yuda.

          “Aku...” ucap Mawar mencoba menjelaskan tapi tak ada kata yang tepat untuk mewakili perasaannya, yang dilakukannya kini hanyalah menggenggam kedua tangan Yuda agar tak terlalu menyakiti perasaannya lagi.“Aku tak yakin apa yang akan terjadi nantinya jika kita bersama, bahkan aku tak tahu harus bagaimana menghadapimu kelak” lanjut Mawar dalam hati.

          “Satu minggu? dan aku hanya menerima satu jawaban.” Ucap Yuda yang menyadari bahwa sebenarnya Mawar ingin bersama dengannya, tapi sepertinya memang benar Mawar belum dapat melupakan kejadian di masa lalu mereka yang sangat rumit.

          “Lalu untuk apa bertanya, kalau begitu.” Balas Mawar sambil melepaskan kedua tangannya.

          “Aku hanya ingin kau yakin dengan jawabanmu itu.” Ucap Yuda kembali menggenggam kedua tangan Mawar untuk semakin meyakinkan Mawar bahwa ucapannya sangat tulus.

“Baiklah masalah itu biar kita hadapi minggu depan, sekarang bisakah aku meminta sesuatu padamu yang lain? Sesuatu hal yang tak terlalu sulit.”ucap Yuda setelah cukup lama mereka terdiam dengan pikiran mereka masing-masing.

“Tergantung apa itu, mungkin kali ini aku bisa melakukannya” ucap Mawar.

“Kali ini tidak sulit, yang ku inginkan hanya melihatmu tertawa, setidaknya cukup sebuah senyuman bahwa kau sangat bahagia” ucap Yuda lanjutnya.

“Entahlah aku sudah terbiasa menjadi seperti ini” ucap Mawar begitu mendengar permintaan Yuda yang tak biasa.

“Aku sangat berharap melihatmu menunjukan ekspresi lainnya, eksperesi bahagia, bahagia karena kini kau bersamaku”. Ucap Yuda.

“Memangnya sekarang aku terlihat bagaimana?” tanya Mawar.

“Kau terlihat begitu hati-hati terhadapku, kau seperti belum sepenuhnya melupakanlah semua masa lalu kita.” Ucap Yuda.

“Kau benar, karena aku yakin kau tak akan pernah berkata seperti ini begitu tahu kenyataannya” pikir Mawar yang tak pernah bisa ia ucapkan dengan lantang dengan mulutnya sendiri.

“Begini saja aku akan melakukan apapun, agar aku bisa melihat mu tersenyum.” Tantang Yuda.

“Apapun?” Tanya Mawar

“Ya apapun.” Ucap Yuda yakin.

“Janji?” ucap Mawar meragukan.

“Kalau kebulan saja aku sanggup membawamu, menggapa tidak.” Ucap Yuda melantur.

“Apakah kau bahkan akan menepati janjimu, jika aku mengatakan bahwa kau akan berjanji untuk memaafkan apapun kesalahan ku.” Ucap Mawar keras dihatinya.

“Aku sangat ingin melihatmu tersenyum.” Ucap Yuda memelas ketika melihat keterdiaman Mawar.

“Kau berjanji akan menanam seribu tangkai bunga mawar untukku?” ucap Mawar yang asal bicara berbanding terbalik dengan apa yang dipikirkannya.

“Seribu?” ucap Yuda yang sepertinya kurang jelas mendengar permintaan Mawar.

“Berwarna putih dan kau sendiri yang menanamnya.” Penjelasan Mawar yang begitu lengkap agar Yuda tak akan mungkin ataupun mudah untuk dilakukan.

“Kau ingin berpisah dariku ya.” Ucap Yuda jawaban diluar dugaan.

“Apa maksudmu?” Mawar tak mengerti respon Yuda, apakah permintaannya begitu tidak masuk akal untuk dilakukan sehingga membuatnya menyerah terhadap hubungan mereka.

“Arti dari bunga Mawar putih.” Ucap Yuda dengan nada yang sendu.

“Bunga yang melambangkan perasaan yang tulus kepada seseorang.” Ucap Mawar merespon apa yang telah diketahuinya sebagai seorang florist.

“Dan juga bunga yang melambangkan sebuah perpisahan” jelas Yuda yang menjelaskan arti bunga mawar lainnya yang terlambat ia ketahui, bahkan dulu ia pun pernah memberikan bunga itu dan membuat hubungannya berakhir dihari ia memberikan bunga itu.

“Ya walaupun juga berarti seperti itu.” Ucap Mawar tak terlalu tertarik dengan arti lain dari bunga Mawar.

“Aku tak ingin memberimu bunga itu, karena aku tak ingin kau pergi seperti Sovie.” Ucap Yuda sambil menunduk.

“Sovie?” ucap Mawar tiba-tiba tertarik dengan sesuatu.

“Mantan gebetanku.”

“Mantan?” ucap Mawar yang tanpa sengaja terdengar lebih tinggi dari nada yang biasa ia ucapkan.

“Mantan.” Ucap Yuda yang kaget mendengar suara Mawar yang tak biasa, dan kini ia malah tersenyum dengan lebar.

“Kau tertawa, kau bahkan begitu bahagia hanya menyebut namanya.”ucap Mawar yang tak seperti dirinya yang biasa.

“Aku senang sepertinya tak harus menunggu waktu seminggu lagi.” Ucap Yuda setelah menggontrol diri dari kesenangan yang  kini hinggap di dalam hatinya.

“Apa maksudmu?” ucap Mawar.

“Sebaiknya kita pergi kerumah Nenek.”ucap Yuda sambil menarik tangan Mawar.

          “Dan untuk apa kita kesana.” Ucap Mawar yang semakin tak mengerti keinginan Yuda.

          “Tentu saja untuk menentukan tanggal pernikahan kita.” Ucap Yuda dengan ceria.

          “Sebentar, aku merasa meminta waktu seminggu untuk menjawab lamaranmu tadi.” Ucap Mawar sambil menarik kembali tangannya.

          “Ya aku tahu, tak ada salahnya kan kita mengunjungi Nenek, sudah lama kita tak mampir kesana.” Ucap Yuda tenang padahal dalam hati Yuda sudah tak sabar memberitahukan kabar yang menggembirakan itu, hari ini adalah hari paling bersejarah dalam hidupnya seorang Mawar bisa terlihat cemburu kepadanya hanya karena ia mengungkit kembali sang mantan bahkan hanya dari namanya saja.

          “Haruskah sekarang? Bahkan kita belum sedikitpun memakan makanan didepan kita.” ucap Mawar sambil menunjukkan semua makanan yang terdapat dimeja mereka.

          “Kita bungkus dan memesan yang lainnya untuk Nenek, bukankah kau sudah berjanji pada Nenek untuk sering-sering berkunjung.” Ucap Yuda yang membuat Mawar akhirnya pasrah mengikuti Yuda untuk mengunjungi Nenek.

 

          Kedatangan Yuda dan Mawar begitu disambut oleh Nenek dengan sangat suka cita, Nenek langsung menelepon Kakek untuk segera pulang agar mereka dapat berkumpul untuk makan malam, Tentu saja disetujui oleh Kakek yang langsung pulang tiga puluh menit setelah panggilan telepon Nenek.

          “Nenek sangat senang jika kita sering-sering seperti ini.” Ucap Nenek setelah selesai memanaskan dan kini menatanya di meja makan.

          “Maaf Nek, kemarin-kemarin Yuda sibuk dengan kasus yang diberikan oleh komandan.” Ucap Yuda sambil membantu Nenek membawa peralatan makan.

          “Memangnya yang bekerja ditempat sebesar itu hanya kau, bahkan kau tak pernah mengunjungi kami hampir satu tahun.” Ucap Nenek yang terlihat begitu marah dengan alasan cucunya, yang kini mendudukan dirinya pada kursi terdekat.

          “Tugas kami berbeda-beda Nek.” Ucap Yuda mencoba keluar dari amukan Nenek ikut mendudukan diri disamping Mawar yang sudah duduk dalam diamnya.

          “Kakek datang.” Ucap Kakek yang baru saja tiba bertepatan dengan Nenek yang akan memulai pidato penting berkumpul bersama keluarga, sambil duduk disebelah Nenek setelah mengecup Nenek penuh kasih sayang.

          “Dengar Kek alasan tak masuk akal cucumu itu.” Ucap Nenek mengadu.

          “Mungkin itulah yang terjadi, tempat itu bahkan bukan milik kita pribadi.” Ucap kakek yang malah membela cucunya yang membuat Yuda terharu.

          “Mengapa tidak kau keluar saja jadi pekerjaan itu, bukankah sekarang orang itu bahkan sudah mati.” Ucap Nenek.

          “Nek.” Ucap Kakek dan Yuda berbarengan sambil melirik pada Mawar yang semakin menunduk.

          “Bukan maksudku, maaf.” Ucap Nenek yang langsung mengerti bahwa ia telah mengucapkan suatu hal yang salah, kata-kata yang mungkin akan membuat cucunya melajang seumur hidupnya.

          “Aku tak apa, Anda tak perlu merasa bersalah sama sekali.” Ucap Mawar setelah beberapa saat menyadari bahwa semua orang yang berada dimeja ini menunggu respon darinya.

          “Kau yakin, kau tak akan berubah pikiran untuk menikah dengan cucuku kan?” ucap Nenek yang kini terlihat semakin khawatir.

          “Memangnya Yuda sudah cukup berani, untuk melamar sendiri?” ucap Kakek yang tiba-tiba menyela, mengingat respon cucunya yang cukup lucu ketika dahulu istrinya melamarkan Mawar untuknya.

          “Tadi sebelum kemari, dan Yuda kemari bermaksud untuk meminta restu pada Nenek dan Kakek.” Ucap Yuda meskipun cukup tersinggung dengar perkataan Kakek, tapi kebahagian karena Mawar akan segera menjadi miliknya membuatnya melupakan segalanya.

          “Bukankah aku berkata aku meminta waktu seminggu.” Ucap Mawar yang tak ingat telah menyetujui lamaran Yuda.

          “Nek jika seseorang tak rela bahkan cukup marah bahkan karena hanya mengatakan mantan gebetannya, apakah seseorang itu akan menolak lamaran yang diajukan oleh pasanganya?” ucap Yuda yang malah bertanya pada Nenek.

          “Kalau menurut Nenek orang itu sangat keberatan bahwa pasangannya melirik orang lain selain dirinya.” Balas Nenek.

          “Dan sebaiknya apa yang harus mereka lakukan?” tambah Yuda.

          “Meresmikan hubungan mereka secepatnya, agar segera mungkin pasangannya tak pernah mungkin macam-macam.” Ucap Kakek yang menjawab.

          “Jadi Yuda kemari dengan tujuan itu Kek.” Ucap Yuda bangga dengan pemikiran Nenek dan Kakek yang persis sama dengan pemikirannya.

          “Yud aku hanya mengatakan minggu depan.” ucap Mawar yang kini tak sengaja mengeluarkan pendapatnya cukup keras.

          “Baiklah kami akan mencoba yang terbaik untuk menyiapkan persiapan pernikahan kalian dalam satu minggu, apakah Kakek bisa mengurunya?” ucapan Nenek yang kini malah semakin bahagia bahwa calon pasangan sang cucu sepertinya ingin secepat mungkin bersama.

          “Apakah hal itu mungkin Nek?” respon Yuda malah terlihat bahagia mendengar rencana sang Nenek yang salah mengartikan ucap Mawar.

          “Tak ada yang tak mungkin bagi Kakek.” Ucap sang Nenek yang tiba-tiba sangat membanggakan suaminya.

          “Kita akan cukup sibuk dalam seminggu ini.” Balasan Kakek menyetujui rencana istrinya.

Keputusan yang terjadi dimeja makan membuat Mawar kini hanya bisa terdiam dan hanya menyetujui bahkan menerima segala hal yang direncanakan oleh keluarga Yuda. Yang dilakukannya hanya bisa menelan apa yang tersaji dimeja makan tanpa banyak ikut campur dalam rencana pernikahannya sendiri yang akan terlaksana minggu depan.

Mawar memerlukan waktu sendiri untuk memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya, akan tetapi Yuda tak mengijinkannya pulang terlebih dahulu tanpa ia yang mengantarkan. Akhirnya Mawar meminta ijin ke kamar mandi sebagai alasan yang paling diterima oleh Yuda agar Mawar bisa terbebas sejenak dari obrolan tentang pernikahannya setelah satu jam penuh mereka merencanakan apa yang yang dibutuhkan dalam pernikahan mereka.

 

 

“Aku tahu apa yang membuatmu sedikit ragu dengan lamaran Yuda” ucap Kakek yang kini berada dibelakang Mawar.

“Tak ada yang bisa disembunyikan dari anda” yang tak kaget Kakek Yuda memergokinya berada diruang ini.

“Sudahku bilang pangil aku kakek.”

“Haruskah?”

“Dasar anak nakal, lihatlah bahkan dia berbaring disana seperti orang mati tak cukupkah itu bagimu.” Ucap Kakek menujukkan Arman yang terbaring seolah-olah tidur nyenyak.

“Sebenarnya aku tak begitu yakin.”

“Benarkah? Bisakah kau menceritakan apa yang menganggumu?”

“Seharusnya anda bisa menebak, tidak ada yang bisa disembunyikan anda bukan?” Ucap Mawar.

“Kakek.” Ucap Kakek.

“Ya tak ada yang bisa disembunyikan dari kakek bukan?” ucap Mawar akhirnya menuruti pria tua didepannya karena tak ingin lebih lanjut mendebatkan hal yang tak begitu penting.

“Kuharap juga seperti itu.” Ucap Kakek tajam sambil melihat sosok Arman terlihat sangat betah terbaring disebuah ranjang yang menemaninya sejak tiga tahun yang lalu.

“Kalian ada disini rupanya?” ucap Yuda datang dengan tergesa-gesa.

“Apa kau segitu takutnya Mawar Kakek ambil? Bahkan kalian akan menikah minggu depan” ucap Kakek sambil tertawa melihat tingkah laku cucunya, dan mengatakan hal itu denagn suara cukup keras.

“Kakek berani macam-macam, Yuda adukan saja pada Nenek.” ucap Yuda penuh dengan nada ancaman.

“Dokter muda itu ya.” Ucap Kakek yang langsung mengerti arah ketegangan cucunya, yang sepertinya sangat waspada pada kamar Arman untuk mencari seseorang.

“Dimana dia? Bahkan ketika kita tadi makan bersama ia tak ikut gabung” ucap Yuda yang tak pernah lagi mengucapkan nama dokter muda itu.

“Yang kakek dengar dari Bundamu dulu, ia adalah sahabat baikmu.” ucap Kakek mencoba membuat cucunya berbaikkan dengan seseorang yang kini telah merawat anaknya, bahwa dokter muda itu rela menginap dirumah ini agar bisa siap siaga jika ada sesuatu yang terjadi.

“Yuda menerima dia berada disini selama tiga tahun, karena menurut kakek ia pilihan terbaik untuk Ayah saat ini.” Ucap Yuda kembali mendebat, meskipun kakek membawa nama Bundanya.

“Lagi pula aku tak akan pernah tertarik pada seseorang yang dulunya mencoba membunuh ayahku, bahkan siapa yang tahu bahwa sebenarnya niatnya itu masih ada.” Tiba-tiba terdengar suara Dirga yang entah sejak kapan berada dibelakang mereka.

“Mawar tidak seperti itu.” Ucap Yuda langsung bertambah emosi mendengar perkataan Dirga mengungkit kembali masa lalu Mawar.

“Anak-anak tak ada yang berakhir baik dengar pertengkaran. Yud maksud dokter ini hanya ingin menyampaikan suatu pendapat.” Ucap Kakek seolah membenarkan apa yang dikatakan Dirga yang kini tersenyum senang dengan pandangan seperti menatap rendah pada Mawar dan bahkan pada Yuda.

“Dan kau juga, sebaiknya pilihlah Bahasa yang baik, walau bagaimana pun ia akan menjadi istri Yuda kelak, Kau harus menghargai apapun yang menjadi pilihan Yuda.” Ucap Kakek menambahkan yang membuat kedua laki-laki itu tertunduk seolah-olah mereka adalah anak kecil yang sedang dimarahi.

“..” Baik Yuda maupun Dirga tak ada yang menjawab.

“Kakek heran apa yang membuat kalian menjadi seperti ini, bukankah kalian dulu berteman baik?” ucap Kakek yang kini terlihat mencoba membujuk kedua orang yang tertunduk didepannya berbaikkan.

       “Kakek benar, maafkan aku.” Ucap Dirga setelah beberapa saat mereka terdiam.

          “Sejak kapan kalian menjadi sangat akrab, sejak kapan kau bahkan tak memakai kata-kata formalitas seorang dokter?” ucap Yuda yang sangat aneh dengan panggilan yang diucapkan Dirga pada Kakeknya.

          “Sejak dia merawat Arman pertama kalinya.” Ucap Kakek singkat.

          “Tap…”

          “Mengapa juga kau mempersalahkan hal lain yang tak penting, Apakah sangat sulit bagimu untuk berbaikkan dengannya?” ucap Kakek dengan nada yang tinggi.

          “Mengapa Kakek menjadi Marah”

          “Yud”

          “Sudahlah sebaiknya Yuda pulang dulu, ayo Mawar.” Ucap Yuda yang langsung menarik tangan Mawar menyela apapun yang akan diucapkan oleh Kakek.

          Yuda langsung saja menarik Mawar pergi dari kediaman Neneknya, setelah pamit pada Nenek yang begitu kaget melihat amarah yang dirasakan oleh Yuda. Yuda tak begitu mengerti apa yang sebenar terjadi, apakah ia yang begitu pendendam hingga begitu marah pada Dirga. Atau mungkin apakah perasaan terpendam Yuda bahwa Ayahnya lebih membutuhkan Dirga dari padanya.

“Kau baik-baik saja.” Ucap Mawar setelah beberapa saat mereka berdiam di dalam mobil tepat didepan rumah Mawar.

“Ya, Maaf aku menjadi sedikit emosi.” Ucap Yuda.

“Aku mengerti.” Ucap Mawar kini menggengam tangan Yuda yang berada didekatnya mencoba menenangkannya.

“Hahh..” Yuda mengeluarkan nafas panjang berusaha menurunkan emosinya.

“Kau mau masuk dulu?” ucap Mawar.

“Bolehkah aku bertanya sesuatu?”

“Ya.”

“Aku tak mengerti ketika dulu kau bahkan melindungi Didi?” ucap Yuda yang mencoba mengalihkan pikirannya terhadap Dirga, Ayahnya dan Kakek.

“Apa yang sebenarnya ingin kau ketahui?” balas Mawar mencoba untuk tak terlalu menutupi atau bahkan kelepasan berbicara dalam hal masa lalu yang mungkin akan membuat hubungan mereka menjadi hancur.

“Aku hanya ingin belajar darimu untuk melepaskan rasa dendam.” Suara Yuda kini malah terdengar seperti berbisik, ia begitu malu mengakui apa yang selalu menghantuinya, perasaan dendam yang berkepanjangan dan setelah ia berhasil membuat orang itu mati tapi yang dirasakannya justru hanyalah perasaan hampa.

“Jangan terlalu membenci pria itu, karena mungkin saja ada alasan ia melakukan hal tersebut, kita bahkan tak akan tahu mungkin saja justru dialah korban sebenarnya.” Ucap Mawar yang menurut Yuda sepertinya menyembunyikan maksud yang tersembunyi dalam ucapannya.

“Maksudmu?” Ucap Yuda.

“Setidaknya ia membesarkan aku sampai sekarang dengan baik.” Ucap Mawar.

“Ya.”

“Urusan Didi, kedua orang tuaku, kedua orang tuamu biarlah menjadi urusan mereka, bukankah kau yang selalu mengatakan hal itu kepadaku?”

“Kau benar”

“Kata-katamu membuatku berpikir sebaiknya kita jalani saja hidup yang membuat kita menuju kepada kebahagian. Untuk apa kita memikirkan hal lainnya.”

“Jadi dengan kata lain kau menjadi seperti ini karena aku?”

“Sudah malam, Kau yakin tak ingin mampir.” Ucap Mawar kini malah mengalihkan pembicaannya, ia begitu malu telah mengatakan hal-hal yang membuatnya terlihat sangat bahagia.

“Aku sangat menunggu minggu depan ketika aku akan bersamamu dua puluh empat jam.” Ucap Yuda dengan senyuman jailnya.

“Sepertinya aku tak ada lagi yang perlu di khawatiran.” Ucap Mawar sambil membuka pintu mobil, setelah melihat Yuda yang telah menjadi dirinya sendiri lagi.

“Aku akan menjemputmu besok pagi.” Ucap Yuda yang tak bisa lebih jauh dalam menggodanya, karena Mawar tak ada sedikitpun niat untuk memalingkan tubuhnya kembali.

“Ya.” Ucap Mawar setengah berteriak ketika iya membuka pintu gerbang rumahnya.

Setelah memastikan Mawar masuk kedalam rumah, Yuda langsung melajukan mobilnya menuju tempat kostannya. Yuda tersenyum senang ketika mengendarai, pikirannya kini dipenuhi kebahagiaan yang akan terjadi satu minggu kedepan. Tapi ketika Yuda akan sampai tiba-tiba ponselnya berbunyi, ia langsung saja menepikan mobilnya.

“Yud” ucap Nenek ketika Yuda mengangkat teleponnya.

“Ada apa Nek?” Ucap Yuda begitu mendengar suara Nenek meskipun hanya mengucapkan namanya tapi ia sudah tahu ada suatu hal yang tak biasa baginya.

“Sebaiknya kau kembali kesini.” Ucap Nenek tak menjelaskan lebih lanjut apa yang terjadi.

“Yuda mengerti.” Ucap Yuda.

“Hati-hati.” Ucap Nenek.

Yuda yang dipenuhi pikiran yang tidak-tidak langsung saja melajukan mobilnya untuk kembali kerumah Nenek begitu panggilan telepon mereka terputus.


Segitu dulu buat White Rose Episode 14 ya beeb, mohon maaf kalo masih ada tanda baca atau EYD yang masih belum sesuai, kritik dan sarannya sangat membantu looh buat temenku ini.

Novelet White Rose up setiap hari Sabtu, tapi kalo ada telat-telat dikit harap maklum ya beb hihihi.



You Might Also Like : 




Thank You for Reading and See You on My Next Post, XOXO 🍍

kembanggularoom by demia kamil