WHITE ROSE Episode 13

  WHITE ROSE Episode 11


Good Morniing, akhirnya hari Sabtu nih beb, berarti jadwalnya Novelet si bestie naik hihihi. Nggak kerasa juga udah ada di Episode 13 lagi, walaupun si Bestie nggak punya basic nulis cerpen, novel, atau novelet, tapi nggak ada salahnya nyoba sekalian belajar donk yaaa.

Maaf nih lanjutanya agak lama, soalnya si bestie lagi ada beberapa kesibukan yang nggak bisa ditinggalin hehe.

Buat kamu yang baru pertama kali mampir ke Blog aku ini, cuss dibaca dulu Episode sebelumnya yaa, udah ada episode 1 sampe 12-nya beeeb.

Buat kamu yang belum tau, ini Novelet bukan buatan aku yaa, tapi buatan si bestie. cuss langsung aja yuk Episode 13-nya?


WHITE ROSE by Astrianti Nuraidan


Kematian mendadak Didi membuat kehebohan besar terutama di dalam kantor kepolisian. Beberapa orang ada yang berbahagia karena seorang buronan paling dicari berhasil tertangkap walaupun dengan keadaan yang tak bernyawa lagi yang membuat jerih payah bagi mereka yang terlibat dalam kasus Didi selama sepuluh tahun terbayar, tetapi tak sedikit orang juga yang merasa kecewa karena tak berhasil mengungkap motif yang membuat pembunuhan-pembunuhan itu terjadi.

Setelah para medist mengotopsi jasad Didi, kematian menunjukan terjadinya kematian bukan dikarenakan tembakan yang dilayangkan Yuda yang mengenai lengannya, akan tetapi kematian terjadi karena setelah terjatuh Didi berhasil menyutikkan pada dirinya sendiri sebuah jarum yang tadinya akan disuntikan pada Arman. Hal itulah yang membuat Yuda lolos dalam hukuman kelalaian dalam bertugas.

          Dan disinilah Yuda sedang duduk termenung sepanjang hari memikirkan kembali apa yang terjadi dengan kehidupannya. Sewaktu dulu cita-citanya hanya satu yaitu membunuh seseorang yang hampir membunuh separuh keluarga Yuda. Tapi setelah laki-laki itu mati perasaannya hanya ada kekosongan, tak ada kebahagian ataupun kepuasan memenuhi hatinya.

          “Hah..” Helaan nafas Yuda yang entah sudah keberapa ratus kalinya dalam hari ini.

          “Yud.” Ucap Farhan sambil menepuk pundak Yuda pelan.

          “Kalian sudah pulang.” Ucap Yuda ketika mengetahui yang menepuk pundaknya adalah Farhan yang rasanya baru saja tadi berpamitan padanya untuk tugas lapangan.

          “Melamun lagi?” ucap Puji yang juga baru saja datang bersaman dengan Farhan dan langsung mengeluarkan isi tas yang sepertinya bukti-bukti dalam kasus baru yang akan mereka kerjakannya.

          “Aku bahkan baru saja duduk disini.”ucap Yuda mencoba mengelak.

          “Kau yakin.” Ucap Farhan.

          “Sepertinya.” Ucap Yuda sangsi dengan tatapan Farhan yang sepertinya tak mempercayai jawabannya.

          “Sudahku bilang sebelumnya, Kau tak perlu percaya apa yang dikatakan Farhan tentang pacarmu.” ucap Puji.

          “Pacarku?” ucap Yuda aneh.

          “Mawar.” ucap Farhan singkat.

          “Oh.” ucap Yuda pelan.

          Sebenarnya Yuda tak yakin dengan keputusannya untuk menjauh dari Mawar setelah kematian Didi, walaupun sepertinya Mawar terlihat tak keberatan dengan renggangnya hubungan mereka.

          “Seharusnya kau tak terlalu menghiraukan apa yang dikatakan oleh dia waktu itu, dengan begitu setidaknya kau tidak menyedihkan seperti sekarang.” Ucap Puji sambil menujuk kepada Farhan.

          “Justru kau harus berterimaksih padaku, aku akan mengenalkanmu pada seseorang, banyak wanita cantik lainnya yang masih mengantri menunggumu.” ucap Farhan yang tak gentar dengan pendiriaannya.

          “Apakah aku semenyedihkan itu.” ucap Yuda pelan.

          “Jangan dengarkan Farhan, sebaiknya kau berdiri dan temui dia sekarang, katakan bahwa kau merasa bersalah.”ucap Puji yang menarik Yuda berdiri dan langsung mendorongnya untuk membuatnya bergerak.

          “Tapi pekerjaanku.” Ucap yuda yang kaget karena paksaan puji yang tak terduga.

          “Kami yang urus.” Ucap Puji sambil menutup ruangan kerja mereka sebelum Yuda berhasil membuat alasan agar tetap berada ditempat kerja.

          “Kau tak bisa seenaknya sendiri dengan temanku.” Ucap Farhan tak terima.

          “Kalau kau ingin temanmu seperti itu terus, Tarik kembali saja dia kemari.” teriak Puji dengan tatapan yang membuat Fahan langsung menghentikan protesannya.

Bukan maksud Puji menyuruh temannya itu menjadi seorang pemalas yang keluar dari tempat kerja diwaktu jam kerjanya. Tapi melihat Yuda seharian dalam seminggu terakhir ini membuat Puji memutuskan untuk mengambil tindakan tersebut, walapun berakhir dengan dirinya yang harus menyelesaikan pekerjannya dan juga pekerjaan Yuda.

 

 

          Disinilah Yuda sudah berdiri bersembunyi di belakang pohon yang berada di sebrang depan toko bunga milik Mawar. Suasana toko hari ini sepertinya cukup ramai dari hari biasanya saat dulu Yuda berkunjung, Yuda bisa dengan jelas melihat Rena yang begitu kewalahan membawa bunga-bunga yang dipilih oleh pelanggan, tak berbeda jauh disisi lain Mawar pun sibuk membuat rangkaian bunga berwarna-warni yang indah untuk pelanggannya.

          “Aku tahu kau sadar bahwa Yuda sudah ada didepan sana sejak siang tadi.” Ucap Rena pada Mawar setelah mengantarkan bunga pada pelanggannya yang terakhir.

          “Kau menyadarinya Juga?” Ucap Mawar menghentikan kegiatannya.

          “Lalu apa yang membuatmu masih berada disini?”

          “Aku tak tahu harus bagaimana?”

          “Soal ayahmu atau hubungan kalian?” Rena mencoba bertanya.

          “Keduanya.”

          “Untuk persoalan ayahmu sepertinya kau harus berusaha memaafkan dirimu sendiri.”

          “Maksudmu?” ucap Mawar tak mengerti ucapan Rena.

          “Dia bahkan bukan ayahmu saat itu, bahkan sejak kau dilahirkan.” Terang Rena.

          “Tapi aku bersamanya hampir sepanjang hidupku.”

          “Kau mencoba memperbaiki keadaan selama sepuluh tahun ketika bersamaku.”

          “Tapi aku tak pernah benar-benar pergi darinya.”

          “Bukan kau yang tak pergi, tapi ayahmu lah yang selalu mendekat.”

          “Aku.”

          “Mungkin sudahnya harus menerima takdir seperti itu, berbeda dengan nasibmu yang masih bisa diubah.” ucap Rena menjeda untuk mengulurkan kedua tangannya pada pundak Mawar “Kau masih bisa untuk memperbaiki apapun kesalahan yang dulu pernah kalian perbuat khususnya kepada keluarga Yuda.”

          “Aku tak yakin akan berhasil.”

          “Setidaknya kau mencoba, bahkan lihatlah Yuda justru membuka peluang untukmu.” Ucap Rena menyakinkan sambil menunjukkan keberadaan Yuda yang sibuk menyembunyikan keberadaannya.

          “…”

          “Atau harus aku yang menemuinya? Mungkin sajakan dia kemari untuk menemuiku.” Ucap Rena mencoba memprovokasi Mawar.

          “Aku saja yang menemuinya.”

Dan berhasil Pancingan Rena disambut baik oleh Mawar yang kini langsung bergegas menemui Yuda yang sudah menunggu diluar.

 “Aku kira pengintaian selesai setelah ia mati.” Ucap Mawar yang kini berada didepan Yuda.

“Aku tidak mengintai siapapun.” Ucap Yuda yang kaget dengan kedatangan Mawar yang mengetahui akan persembunyiannya.

“Lalu apa yang kau lakukan disini?”

“Patroli biasa.” Ucap Yuda reflek karena tak ingin Mawar berpikir macam-macam dengan kedatangannya.

“Aku tak tahu patroli biasa diam disuatu tempat hampir seharian.”

“Baiklah aku akui, aku datang untuk menemuimu.” ucap Yuda mengakui karena sudah begitu lelah dengan semuanya.

“Kau bilang apa?” ucap Mawar ucapan Yuda yang tak terduga.

“Kulihat Rena sepertinya tak keberatan kalau kau ikut denganku untuk makan Malam.”

“..”

“Kalau kau menolak berarti kau memutuskan untuk tak pernah bertemu denganku lagi selamanya.” Ucap Yuda yang memilih untuk mengancam Mawar.

Mawar sangat menyadari ancaman yang Yuda lontarkan benar-benar diucapkan dengan sungguh-sungguh membuatnya mengikutinya setelah mengirimkan pesan singkat pada Rena. Dan disinilah mereka berada tepatnya berada di sebuah kafe yang dulu sempat membuat Yuda menunggu hampir seharian.

“Aku.” ucap Yuda dan Mawar secara berbarengan setelah cukup lama berdiam memandang steak yang kini sudah cukup dingin untuk mereka santap.

“Aku minta maaf” ucap Yuda yang langsung bersuara ketika melihat Mawar tak menunjukkan akan bersuara kembali.

“Seharusnya aku.”

“Aku yang pertama berkata untuk mempercayaimu, tapi akupun yang juga mempercayai Farhan dengan semua kata-katanya.” ucap Yuda sambil tertawa merasa bodoh dengan pemikirannya sendiri memotong ucapan Mawar.

“Bisakah kau tidak selalu memotong ucapanku.”

“Aku hanya takut kau kembali pergi menjauh, aku bahkan baru saja membuatmu membuka diri terhadapku.” Ucap Yuda kembali serius.

“Kau..”

“Urusan kedua orang tua kita biarlah menjadi urusan mereka, waktu itu bahkan kita tak mengetahui apa-apa.” Jelas Yuda.

“Aku bahkan menyembunyikan orang yang akan membunuh ayahmu.” Ucap Mawar menekan kata-katanya agar Yuda sedikit memahami apa yang menjadi kekalutannya.

“Aku juga akan berbuat demikian jika itu ayahku.”

“Kau juga?”

“Karena itu ayahku, tapi aku akan mencoba membuat ayahku mempertanggung jawabkan semuanya dengan cara yang benar.” Ucap Yuda Menyakinkan Mawar apa yang benar tanda menyudutkan perbuatan Mawar sebelumnya.

“Aku berusaha..” ucap Mawar sambil menitikan air mata.

“Hei.. mengapa kau menangis hanya karenanya, aku yakin kau pasti sangat berusaha keras.” Ucap Yuda menepuk-nepuk pundak Mawar sebenarnya Yuda ingin memeluknya tapi hubungan mereka masih dalam terlalu jauh untuk tindakan intim tersebut.

“Aku.. aku..” ucap Mawar menangis meluapkan semua emosi sedih yang tak terhitung sudah sedalam apa luka dihatinya.

“Kau pun sudah cukup terluka karena mengetahui orang tuamu mati ditangannya dan kau bahkan bersedia memaafkannya tapi mengapa kau tidak memaafkan dirimu sendiri.” Ucap Yuda yang mengingat kata-kata Mawar hari dimana Didi terbunuh, Mawar mengatakan bersedia menyembunyikan Didi bahkan sampai membuatkan identitas baru untuk laki-laki itu.

Yuda kini menjadi semakin yakin bahwa Mawar adalah seseorang yang harus di jaga dengan sepenuh hati. Kedua orang tua mereka sama-sama telah mati oleh laki-laki yang bernama Didi, bedanya ayahnya tak benar-benar mati seperti ayah Mawar bahkan Yuda masih beruntung karena Kakek dan Neneknya merawatnya dengan kasih sayang yang cukup berbeda dengan Mawar yang malah dibesarkan oleh Pembunuh kedua orang tuanya sendiri.

“Ayo kita pulang hari sudah larut.”

“Kau benar, maaf..”

“Aku tak mau lagi mendengarmu mengucapkan kata maaf lagi.”

“Tapi..”

“Hanya cukup katakan terimaksih dan tak pernah lagi menjauh dariku.”

“Hah..”

“Berjanjilah.”

“Ak..”

“Dengan Kau berjanji tak akan pernah jauh dariku, maka aku akan memaafkan semua yang pernah kau perbuat terhadap keluargaku.” Ucap Yuda yang kini malah menyodorkan jari kelingkingnya seperti anak kecil untuk membuat suatu perjanjian.

Mendengar kesungguhan dan juga ketulusan dimata Yuda membuat Mawar entah mengapa membuat jarinya melakukan hal serupa untuk melakukan sebuah perjanjian itu. Yuda yang kaget malah dengan ketidak sadarnya malah memberikan sebuah pelukan erat dan juga dibalas oleh Mawar, membuat hubungan mereka berdua kini terasa menjadi lebih dekat.

 

 

Sebulan kemudian setelah perjanjian konyol anatar Yuda dan Mawar yang terjadi disebuah kafe membuat hubungan Mawar dan Yuda kini menjadi lebih seperti sepasang kekasih. Walaupun mereka tak mengucapkan kata-kata itu dengan jelas tapi dengan setiap hari memberi kabar keberadaan dan kegiatan masing-masing.

Dan juga pertemuan mereka secara teratur di berbagai tempat ketika mereka mempunyai waktu luang hal itu bukankah membuat hubungan mereka seperti sepasang kekasih? Yuda mengingat dengan jelas janjinya kepada sang Nenek bahwa orang yang pertama akan dikenalkan adalah dirinya.

 Maka disinilah Yuda berada di kediaman Nenek dan Kakeknya setelah meninggal sang Bunda secara tragis, rumah kedua yang menampungnya dan memberikan kasih sayang yang hilang pada hari itu. Sebelumnya Yuda cukup kesusahan dalam membujuk Mawar tetapi dengan keyakinan yang Yuda tawarkan bahwa Nenek dan Kakeknya akan menerima apapun keputusannya akhirnya Mawar pun menyetujui untuk bertemu dengan mereka.

“Nenek sayang.” Ucap Yuda yang memeluk Nenek dari arah belakang.

“Yuda kau kah itu?” ucap sang Nenek yang kaget karena dirina sedang duduk termenung didepan telivisi yang tak begitu diperhatikan.

“Lihatlah siapa yang Yuda bawa kemari?” Ucap Yuda setelah melepaskan pelukan Nenek.

Yuda memang sengaja datang ke rumah Nenek, tanpa memberikan tahukan terlebih dahulu kedatangannya hari ini dengan membawa Mawar.

“Siapa?” tanya Nenek menengok penasaran bahwa ada orang lainnya yang berada dibelakang Cucunya begitu tenang dengan tatapan jatuh pada lantai, hal itu membuat Nenek tak langsung menyadari ada orang lain selain mereka berdua.

“Kenalkan Mawar, perangkai bunga indah yang Yuda beri untuk nenek.” Ucap Yuda sambil mengedipkan sebelah matanya pada sang Nenek.

“Akhirnya kau berhasil membuatnya menjadi pacarmu?” ucap Nenek bersorak gembira menyadari maksud dari cucunya, dan langsung menyabut dengan sebuah pelukan pada Mawar yang membalasnya dengan canggung.

“Tak akan ada seorangpun yang menolak cucu nenek ini.” Ucap Yuda dengan bangga berbeda dengan Mawar yang hanya menatap Yuda dengan pandang yang tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

“Mengapa kau datang tak memberitahukan Nenek sebelumnya?” Ucap Nenek dengan pukulan yang tak main-main kepada kepala Yuda.

“Sakit Nek, mengapa Nenek memukul Yuda? bukankah Nenek yang meminta agar berkenalan dengannya.” Ucap Yuda yang kini malah mengelus kepalanya yang tadi terkena pukulan.

“Memang betul, tapi tidak dengan membawanya tiba-tiba.” Ucap Nenek yang kini terlihat sangat cemas.

“Memangnya kenapa kalau tiba-tiba membawanya?” tanya Yuda yang penasaran dengan tingkah sang Nenek.

“Bagaimana mungkin kau datang bersama dengan yang akan menjadi masa depanmu disaat disini Nenek belum menyiapkan apapun.” Jawab Nenek yang kini terlihat sangat marah pada Yuda dan langsung pergi kearah dapur ”Bi Kau dimana?” lanjutnya dari arah dapur.

“Kau tak memberitahu Nenek bahwa kau membawaku?” tanya Mawar yang kini tercengang dengan maksud dari kecemasan sang Nenek.

“Aku hanya ingin membuat sebuah kejutan untuknya, tak keberatan ku tingal? sepertinya aku harus menyusulnya.” Ucap Yuda yang langsung diangguki oleh Mawar.

Cukup lama untuk membujuk Nenek yang sedang merajuk, tapi ketika masakan sudah tertata rapi dimeja makan, senyum nenek akhirnya terlihat juga. Meja makan terlihat seperti sebuah hidangan yang luar biasa untuk disajikan disebuah rumah biasa, tentu saja berkat bantuan dari Mawar yang ikut membantu dalam hal penataan yang semakin membuat masakan Nenek menjadi telihat lebih lezat.

 “Kakek datang.” Terdengar suara seseorang yang berteriak dari arah pintu masuk. “Kau ada disini Yud? Baguslah, bisakah kau membantu kakek dengan barang-barang disana, Mang tarjo dan Joseph sepertinya cukup kewalahan disana.” Tambahnya sambil menunjuk Kearah kedua orang yang dimaksudnya.

“Yuda tinggal sebentar ya”

Dan dimeja tempat makan hanya ada Mawar dan Nenek terdiam, Mawar yang tak mempunyai bahan obrolan untuk memecah kesunyian sedangkan disebrangnya Nenek terdiam menatap makanan yang tersaji. Untungnya kecanggungan itu tidak berlangsung lama ketika Yuda kembali duduk bersama mereka dengan posisi tepat disamping Mawar berhadapan dengan sang Nenek.

“Nenek tahu mengapa kakek membawa alat-alat rumah sakit itu?” Ucap Yuda langsung bertanya.

“Kakek tak bilang apa-apa padamu?” ucap Nenek yang balik bertanya dan dibalas dengan gelengan kepala “Kalo begitu tunggu saja Kakek sebentar.”

“Lelahnya.” Ucap Kakek yang baru saja terduduk di samping Nenek setelah memberikan kecupan pada kepala Nenek.

“Minumlah.” Ucap Nenek memberikan segelas air.

“Terimakasih.” Ucap Kakek yang langsung meminumnya.

“Bisakah Yuda bertanya sekarang?” ucap Yuda yang sudah kelewat penasaran.

“Alat-alat itu untuk kebutuhan Arman.” Ucap Kakek langsung menjelaskan maksud dari pertanyaan Yuda dengan tenang.

“Ayah akan dipindahkan disini?” ucap Yuda dengan kaget sementara Mawar disebelahnya reflek menggepalkan kedua tangannya.

“Kami sudah sepakat sebelumnya, sekarang sudah cukup aman untuknya berada disamping kami.” Ucap Kakek.

“Kami bisa lebih memerhatikan perkembangannya lebih baik.” Ucap Nenek yang sepertinya menyembunyikan sesuatu.

“Yuda pikir itu juga yang terbaik, tapi apakah tak masalah dalam hal kesehatannya, Yuda rasa ayah memerlukan seorang Dokter yang selalu siap kapan saja.”

“Jangan khawatir, kakek menyewa jasa seorang dokter yang akan ikut tinggal disini.” Ucap Nenek dengan sedikit ragu.

“Ada apa Nek?” ucap Yuda yang sepertinya cukup peka dengan gerak-gerik Nenek tak seperti biasanya.

“Nenekmu hanya banyak berpikir, seperti akankah ada keajaiban tentang kesadaran Arman.” Ucap Kakek menjawab.

“Yuda yakin cepat atau lambat kondisi ayah akan bangun.” Ucap Yuda mencoba menenangkan Neneknya walaupun ia sendiri pun tak begitu yakin dengan ucapannya.

“Nenek harap begitu.” Ucap Nenek yang sepertinya masih saja terlihat begitu cemas.

“Dan siapkah gadis cantik disebelahmu?” ucap Kakek mengalihkan obrolan mereka.

“Kenalkan ini Mawar.” Ucap Yuda.

“Pacarnya.” Bisik Nenek pada Kakek.

“Nenek sangat berharap kepadamu untuk membuka lembaran baru yang lebih baik bersama Yuda.” Ucap Nenek setelah beberapa menit karena tak ada satu pun yang membuka suara.

“Nek..”

“Nenek sangat yakin dengan keputusan Yuda untuk bersamamu adalah sebuah keputusan sangat ia inginkan.”

“Bagaimana kalian bisa mendukung cucu kalian bersamaku?.”

“Justru kaulah yang membawa pengaruh baik dengan kehidupan Yuda, tahukah kau bahkan dulu Yuda hanya memikirkan laki-laki itu saja tanpa pernah berbagi perasaannya pada siapapun.” Ucap sang kakek tidak terduga sebelumnya.

“Nenek malah merasa seluruh keluargaku mati pada saat itu.” Ucap Nenek menambahkan.

Pastinya Nenek dan Kakek Yuda sudah mengetahui siapa Mawar yang sebenarnya apalagi sang Kakek yang begitu terampil dalam mengetahui kebenaran dalam informasi. Tapi mereka berdua kini malah tersenyum dengan lebar seolah-olah Mawar benar-benar adalah calon terbaik untuk cucunya.

“Jadi kapan kalian akan memutuskan menikah?” ucap Nenek membuat semua orang yang berada disana terdiam.

“Nek kami bahkan baru saja dekat.” Ucap Yuda.

“Benarkah? Tapi itu bukan hambatan untuk mempercepat sebuah pernikahan” ucap Nenek.

“Ucapan Nenek benar.” Bela sang Kakek.

“Kami harus saling mendekatkan lagi, dan juga mengapa serasa Nenek yang jadi melamarkan Mawar untuk Yuda?” Ucap Yuda.

“Kalau menunggumu harus sampai berapa lama baru kata itu terucap?” ucap Nenek yang malah balik bertanya.

“Nenek yang sabar, mungkin maksudnya ia hanya ingin melamar Mawar dengan resmi sendiri.” Ucap Kakek membela cucunya.

“Maksud kakek?” ucap Nenek yang mendadak tak mengerti apapun.

“Nenek tak ada romantis-romantisnya, Yuda sebal.” Ucap Yuda kini berdiri keluar, dan diikuti Mawar yang pamit dengan canggung kepada orang yang lebih tua.

“Salah Nenek dimana?” ucap Nenek.

“Nenek lebih suka dilamar kakek atau Nenek dari Kakek?” ucap kakek dengan nada ringan.

“Kakek.” Ucap Nenek spontan dengan yakin penuh kepolosan didalam raut wajahnya.

Dan setelah beberapa saat memproses apa yang baru saja diucapkannya, mereka berdua pun kini malah tertawa memikirkan kelucuan akibat dari perbuatan Nenek dan juga respon dari sang cucu.



Segitu dulu buat White Rose Episode 13 ya beeb, mohon maaf kalo masih ada tanda baca atau EYD yang masih belum sesuai, kritik dan sarannya sangat membantu looh buat temenku ini.

Novelet White Rose up setiap hari Sabtu, tapi kalo ada telat-telat dikit harap maklum ya beb hihihi.



You Might Also Like : 




Thank You for Reading and See You on My Next Post, XOXO 🍍

kembanggularoom by demia kamil








11 comments:

  1. Ditunggu saran dan kritiknya yaaa :)

    ReplyDelete
  2. semangat terus nih buat nulis novelitnya keren sih alur ceritanya juga seru gak monoton

    ReplyDelete
  3. ini bikinan kamu sendiri ya? bagus tau ceritanya, alurnya juga menyenangkan buat dibaca sampai selesai

    ReplyDelete
  4. Sudah lama juga ya aku gak baca cerita yang genrenya seperti White Rose ini. Bermula dengan menulis lewat media digital, siapa tau nanti bisa menjadi buka. Salam untuk temannya ya Demia, semangat dan terus berkarya.

    ReplyDelete
  5. Semangat terus buat temennya dalam berkarya. Jangan patah semangat yah. Semoga makin bisa sukses lagi.

    ReplyDelete
  6. Saluuuut dengan penulisnya. Produktif dalam menemukan ide. Aku sendiri palingan nulis fiksi cuma 1-2 saja. Ini udah episode 13. Wow. Bisa jadi novel.

    ReplyDelete
  7. bagus alur ceritanya mba Deem, pemilihan bahasanya juga simple dan mudah dicerna, terus aku pas baca imaginasinya juga dapat

    ReplyDelete
  8. Sepertinya ada eps White Rose yang aku lewatkan.
    Akankah Rose happy end dengan Yuda?

    ReplyDelete
  9. Wah makin penasaran alur cerita ini akankah berakhir bahagia antara Rose & Yuda, aku pingin mereka bahagiaaaa toloooooong!!!

    ReplyDelete
  10. Waaahh seru banget nih Noveletnya. Bikin penasaran jadinya.. barusan baru baca setengah kayaknya mau coba dari episode 1 deh..

    ReplyDelete
  11. menarik lho novelnya, ga coba jadi novelis di mangatoon aja kah, lumayan kan tuh pada app yang tepat gitu. ini genrenya thriller gitu ga sih?

    ReplyDelete

Comment with active link will be automatically removed to make this blog spam-free

Thank You for Comment 💛